12.26.2008

Journey To Bromo (part 2)





Dinginnya angin malam merasuk hingga tulang sumsum. Kuatnya angin membuat pasir - pasir beterbangan, membentuk kumparan - kumparan kecil yang bergerak kesana kemari. Suara gemuruh angin dan pasir yang berhembus kencang membuat suasana malam semakin mencekam, mungkin inilah yang orang bilang dengan "pasir berbisik". Takut.....Gentar.....

Takut..??Gentar..?? semua istilah itu tidak ada dalam kamus kami. Selama masih memungkinkan dan tingkat keselamatan hidup tinggi, kami akan tetap melanjutkan perjalanan hingga pura yang terletak di kaki bukit kawah bromo. Tak lupa, selama perjalanan kami sempatkan memenuhi nafsu kami untuk berfoto ria.. hehehehe.. (narsis abis!!!).

Hari sudah sangat petang ketika kami sampai di pura. Perut yang sudah mulai keroncongan membuat kami segera membuka perbekalan kami. 6 bungkus mie, 2 kaleng kornet, abon, dan 6 kaleng susu beruang menjadi obat yang sangat mujarab bagi lapar kami. Saat - saat makan menjadi momen yang indah bagi kami. Pemandangan yang tersaji membuat makanan kami semakin terasa nikmat. Sinar senja di daerah itu sungguh mengagumkan. Hamparan pasir yang terbentang sejauh mata memandang membuat penat hilang seketika. Gumpalan gumpalan asap yang keluar dari kawah bromo membuat alam bromo terlihat sangat eksotis. Bintang - bintang malam terlihat ramai memenuhi setiap jengkal langit malam. Polusi cahaya yang terbilang nihil semakin membuat bintang bebas memperlihatkan cahayanya. Ya Allah... sungguh besar kuasamu..

Hari semakin malam, kami tidak siap jika harus bermalam di tempat itu. Kami segera beranjak kembali ke penginapan kami. Pada saat itu, kami tidak membawa kompas, satu - satunya penunjuk arah kami hanyalah bintang, dan beberapa cahaya menara komunikasi yang memang sedari awal telah kami jadikan patokan arah kami. Saat aku menceritakan hal ini kepada beberapa temanku, kata yang keluar dari mulut mereka adalah "gila, ngga' safety banget sih lu!!". Aku berfikir, kondisi alam bromo yang tidak ekstrim, dan jalanan yang relatif aman, serta ada patok2 putih penanda membuat tindakan kami ku nilai cukup aman, dan rasional. "Apa yang ngga' safety?", pikirku dalam hati. Yach..terserah pendapat mereka.

Udara yang semakin dingin membuat Richard menggigil kedinginan. Sedari awal sudah kuminta Rchard untuk memakai sepatu, kaus kaki, dan beberapa lapis baju, tapi Richard menolak. Yach..keputusan yang diambil membuatnya merasa kepayahan dan kedinginan saat kami mulai mendaki bukit untuk kembali pulang ke penginapan. Aku dan Nur akhirnya mulai menyesuaikan langkah dengan Richard, beberapa kali kami beristirahat untuk sekedar menghirup udara malam yang segar. Saat - saat istirahat itu kami manfaatkan sebaik mungkin untuk memulihkan energi dan menikmati indahnya langit malam bromo.

Sekitar pukul 10 malam kami sampai di penginapan kami. Kami segera mencuci muka, kaki, dan tangan kami. Suhu air yang sangat sangat sangat dingin membuat badanku menjadi menggigil. Niat kami untuk melihat sunrise membuat kami segera beristirahat. Cuaca yang dingin, mungkin sekitar 15' C membuat kami tidur seranjang ber 3.

Jam 4 pagi, bersiap untuk melihat sunrise dipuncak kawah. Aku dan richard sedikit berdebat tentang jalan mana yang akan kita ambil. Jalan "Gratis" yang singkat tapi lebih sukar, atau jalan mobil yang landai tapi jauh. Setelah berdebat sekian lama, apalagi melihat kondisi Richard yang kurang memungkinkan, kami memutuskan untuk mengambil jalan mobil yang relatif landai. Bu Is, penduduk lokal yang kami kenal, dan tempat kami menginap juga menyarankan hal yang sama.

Dikejar oleh waktu, aku dan nur meniti jalan itu dengan berlari. Richard yang kondisinya kurang begitu prima tertinggal di belakang. Ketika hampir sampai di puncak, aku menoleh kebelakang, menunggu Richard agar tidak tertinggal jauh. Dikejauhan aku melihat Richard dengan tenang menaiki kuda menyusul kami. heheheheh...Richard2X. kepalanya yang di balut kain seperti sorban membuatnya mirip pejuang Afganistan di padang pasir.hehhehe

Setelah sampai di tempat yang datar, kami bertiga secara bergantian foto dengan kuda. Seru, lucu... Puas berfoto ria, kami naik ke atas kawah, melihat sunrise. Tak puas hanya melihat sunrise, aku dan nur akhirnya berjalan mengelilingi kawah. Setelah puas, kami pun berjalan pulang. Ah..sungguh sangat menyenangkan dan tek terlupakan...



Bali, Lombok, Rinjani, Papua, menjadi tujuan berikutnya...

Fuji, dan Alpen....is my dream....

Total biaya:

Jogja - purbalingga : Kereta :28.000, bis 60.000

Statsiun - terminal : LIN (Angkutan kota) :1500

Terminal ke Bromo : 15.000

Penginapan (2 tempat tidur) semalam : 50.000

Makan 2 hari @ 50.000

Total ongkos biaya pulang pergi : 190.000



Tidak ada komentar:

Posting Komentar